AKHIRNYA!
"gila tadi baru aja
abis makan tiba- tiba turbulance" "iya gue merem aja
berusaha tidur biar ga kerasa" "tadi gua m***** untung tempat
makannya belom dibersihin jadi bisa di situ!" "kalo gua pakek
kantong yang ada di kursi itu" hahaha! awal yang cukup melelahkan untuk
bisa sampai ke Jepang. 7 jam ditambah lagi selalu dikasih pengumuman kalau
cuaca enggak baik. Dan enggak afdal abis naik pesawat enggak ke toilet.
Di
Toilet, kita sebagai warga yang hidup di negara ber-flower ( bahasa
kekiniannya), cukup norak dan udik waktu mau pakai WC nya, untungnya, walaupun
hidup di negara ber-flower otak tetep kayak warga negara maju jadi
lancar jaya pakai WC nya karna untungnya ditombolnya ada gambarnya. Buka hp
cekrek cekrek, upload upload kasih tag location Jepang.
Sebelum upload iseng- iseng berhadiah dulu nyalain wi-fi, siapa tau ada
yang nyantol. Enggak disangka- sangka dan diduga- duga dalam hati sorak- sorak
bergembira menemukan wi-fi gratis di bandara. Sebenernya sih agak lebay
bahkan sangat lebay, karena memang di jepang rata- rata di fasilitas umum udah
menyediakan jaringan wi-fi. Ya maklum kite biase idup kampus yang
di website-nya ditulis tersedia fasilitas wi-fi tapi pas dicoba lebih
sering enggak bisa.
08.00 WJT (Waktu Jepang
Tokyo)! Hm enggak tau sih tepatnya jam berapa tapi anggap saja jam segitu.
Keluar dari bandara dan waktunya semua warga tropis yang biasa masuk angin
pakek ac 16 derajat mengeluh kedinginan. Bus merah jambu sudah menunggu warga-
warga tropis untuk mengajak masuk kedalamnya. Kalau di Indonesia saking
panasnya, ac busnya harus dinyalain, teteapi karena sedang musim dingin ac
bus dalam keadaan mati, tetapi kita masih bisa bernafas kok. Kalau bisa review
bus nya, bus nya nyaman, super bersih (ya iyalah orang enggak boleh makan es
krim di situ) yang bikin warga fakir kuota lebih senang lagi adalah, di dalam
bus nya ada wi-fi jadi update masih bisa jadi prioritas. Dan yang
bikin warga ber-flower norak lagi adalah di bagian kanan dan kiri
masing- masing terdapat 2 tempat duduk tapi di bagian kanan, ada tempat duduk
tambahan yang bisa dilipat jika tidak diperlukan dan dipakai jika diperlukan.
Yang menariknya lagi bagian supir bus, dihalangi oleh sebuah pintu. Jujur
enggak tau juga maksudnya apa, mungkin biar serasa di rumah, atau mungkin
supirnya introvert. Oh iya katanya, buat dapat SIM di Jepang susah dan mahal
karena harus mengikuti sekolah dulu. Maka dari itu, para pengendara di Jepang
taat peraturan, karena kalau asal-asalan hm berabe.
Sebelum ke fujiten, mampir
ke sebuah tempat istirahat untuk makan siang bento yang sudah disiapkan. Hari
pertama, harus dibiasakan makan makanan dingin ya susah juga ya kalau makannya
bekal jarang ada yang hangat, jangan kan di Jepang, kalau ke Bromo saja, Pop
mie nya 1 menit kemudian kuahnya dingin. Untungnya sebagai omnivora alias orang
yang enggak tega makanan terbuang alias orang yang selalu kelaparan, bento
dinginnya enggak masalah di mulutku.
"Ih ini mah kayak
es serut abang-abang" lawakan basi yang dilontarkan orang- orang setelah
sampai Fujiten. Tetapi, iya sih, kukira awalnya salju itu lembut seperti di
kartun ternyata Snow World yang sempat ada di Ancol ya memang seperti
itu. 2 jam diberi waktu buat menikmati salju. 2 jam pula dimanfaatkan hanya
untuk berfoto- foto padahal disediakan penyewaan ski tetapi sayangnya dan
dengan sangat menyesal aku melewatkannya. Mampir ke minimarket yang
masih 1 area dengan fujiten, mencicip teh susu hangat, sebelumnya, karena sudah
membaca blog harus bagaimana di Jepang, aku sudah mengunduh aplikasi google
translate supaya bisa tau bahan- bahan apa yang terkandung di dalam
makanan/ minuman tersebut sebelum membelinya. Puas dengan 2 jam berada di
Fujiten akhirnya yang ditunggu- tunggu dan di nanti- nanti adalah check in hotel.
Untuk sampai di Hotel,
kami diharuskan berjalan sejauh kurang lebih 200 meter, karena bus enggak boleh
masuk ke wilayah hotel. Di cuaca dingin kala itu enggak masalah bagiku untuk
jalan sambil membawa koper dan ransel karena seperti berjalan di dalam gedung
ber-ac. Hal yang menjadi pelajaran di awal sampai di Nishi-Kasai (tempat
kami menginap) adalah orang Jepang jalan dengan cepat dan orang yang berjalan
lambat hendaknya membuat 1 barisan dan berjalan 1 baris saja. Awal- awal kami
masih agak kagok karena kita terbiasa berjalan sambil mengobrol dengan 2 atau 3
orang di samping kita,namun setelahnya kami mulai tersadar dan bahkan
mengingatkan teman yang lain.
Hotel yang kami tempati
bukan hotel mewah tetapi fasilitas yang tersedia cukup lengkap. Bahkan di
lantai dasar kamu bisa menggunakan microwave,mengisi minum, browsing internet
dan juga mencetak file dengan printer. Tanpa rasa setiakawan, setelah namaku
terpanggil untuk mendaptkan kunci, aku dan teman sekamarku bergegas menuju ke
kamar tanpa peduli teman- temen yang lain belum mendapatkan kunci. Agak jahat
sih. Tapi waktu adalah uang ya, kan? (padahal pembelaan diri saja) Kamar yang
kami gunakan pada saat itu tidak luas namun cukup untuk berdua. Kamar mandi
tergolong hanya sekit 3x3 meter namun terdapat bathtub,wc dan sink.
Hari yang
ditunggu-tunggu! Observasi. Hari penentuan bagaimana ekspetasi- ekspetasi yang
sudah dituangkan dalam sebuah catatan harus terealisasi. Oh iya! Kebetulan 21_21
Design Sight Building merupakan bangunan yang
aku dan teman- teman sekolompok dapatkan. Cukup beruntung mendapat bangunan
tersebut karena lingkup lahannya tidak terlalu besar dan mudah dijangkau oleh
kami. Pengarahan-berdoa-menyebar menuju titik yang sudah ditentukan. Pintu
masuk 21_21 Design Sight Building berupa papan penunjuk
arah yang menjadi satu dengan area lainnya yang berada di kawasan tersebut.
Jalan setapak yang kira-kira berukuran 3 meter,sangat ramah untuk pejalanan
kaki yang membawa rekan ataupun peliharaannya menikmati area lansekap bangunan
tersebut. Di bagian kanan dan kiri terdapat bermacam- macam jenis vegetasi yang
cukup asing dilihat mulai dari rumput- rumputan sampai pepohonan. Ditambah lagi
elemen air pada kolam di salah satu bagian jalan memberikan kesan yang tidak monoton
di sepanjang jalan setapk tersebut. Ternyata tidak hanya bagian depan lansekap
bangunan tersebut memberikan nilai keindahan dan kenyamanan, namun juga bagian
belakangnya yang juga sangat diperhatikan dan ditunjukan dengan adanya beberapa
vegetasi yang ditanam. Ngomong- ngomong tentang bangunannya, sayangnya pada
waktu itu kami tidak diperkenankan melihat bagian dalam banguanan tersebut
karena sedang dilakukan persiapan pameran. Padahal kalau boleh sok tahu, tata
ruang dalam bangunan tersebut sangat baik (ya iyalah Arsiteknya aja Tadao Ando,
main- main lu sama dia?!). Kalau ditanya apa bagian yang paling mencuri
perhatian saat melihat 21_21 Design Sight Building? Jelas atap
jawabannya, bentuk atap yang tidak biasa memberikan bangunan tersebut mudah dibedakan
dengan bangunan lainnya. Material yang digunakan merupakan material bercirikan
jujur apa adanya, tanpa coating warna pada bagian dindingnya. Bangunan
ini sangat berprinsip pada less is more karena tidak nampak ornamen pada
bangunan, bahkan untuk memberikan tanda nama bangunan tersebut, perancang hanya
menggunakan logam abu-abu yang timbul sehingga memberikan kesan 3D. 2 jam
merupakan waktu yang harus cukup diterima dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk
melakukan observasi. Dan harus puas dengan hasil yang sudah dilakukan.
| Sakura di tanganku |
![]() |
| Difotoin Ajeng di Ameyoko Market |
Malamnya, kami
memutuskan mencari toko Don Quijote dekat Hotel. Menggunakan gps kami menuju ke
tempat tersebut, jaraknya lumayan jauh, kurang lebih 1 km, kalau bukan di
Jepang pasti kami sudah mengeluh karena lelah+panas. Dan lebih memilih pesan
ojek daring (dasar manja). Ngomong- ngomong Don Quijote merupakan Toko serba
ada. Menjual berbagai barang dari makanan sampai elektronik. Banyak
barang-barang dengan merk-merk tertentu diletakkan layaknya barang murah biasa
yang kalau di Indonesia (Indonesia mulu deh perbandingannya, kan kasian
dibanding- bandingin mulu! Emang kamu mau dibanding-bandingin?), harus
diletakkan dietalase dengan keadaan terkunci. Banyak varian makanan,skincare
yang memanjakan mata. Tau enggak sih? Untuk menuju ke Don Quijote tersebut
kami harus melewati jalan sempit (ya lebarnya se gang kedondong di pocin),
Sambil melihat-lihat rumah di sana dimana orang- orang yang punya penghasilan
lebih rata- rata pada bagian garasinya terlihat memiliki 1 mobil, 1 motor dan 1
bahkan lebih sepeda. Kendaraannya tidak dihalangi pagar, sekalipun sepeda yang
mudah dicuri diletakkan di bagian garasi rumah. Suasana jalannya sepi jarang
sekali orang yang bersuara kecuali suara kami, sudah suaranya menganggu,
jalannya juga mengganggu. Pasalnya,kami jalan berkelompok dan tidak dalam 1
barisan, ya maklum kebiasaan kami berjalan santai sambil bercanda- canda.
Hari-hari selanjutnya
tanpa beban kami seperti layaknya melakukan jalan-jalan berkedok KLA. Banyak
tempat menarik yang kami kunjungi
Asakusa Nakamise Street,
misalnya. Tempat hedonisme-nya para turis. Jalan menuju kuil Sensoji ini
menjual berbagai aksesoris oleh-oleh khas Asakusa samapai street food
yang harganya kalau dikalkulasiin ke rupiah enggak street food. Tips ke
kawasan ini kalau bisa kamu survei dulu ke semua toko lihat harganya berapa
deh. Baru deh pilih Toko dengan harga terbaik (padahal sih juga enggak ada yang
baca juga,ya buat tips sendiri aja lah!) Daripada hedonisme di nakamise street
mending ke Kuil nya aja. Banyak ritual- ritual atau ramalan yang bisa dilakukan
bebas oleh turis di kuil ini. Ingat ya, kalau untuk iseng-iseng saja tanpa
mempercayainya bolehlah (emang iya?), tapi kalau kamu mempercayainya berarti
kamu.......
*maaf aku hanya sekadar
mengingatkan
Masih hari yang sama,
St. Mary Katerdal (ini bukan stasiun ya). Gereja karya Kenzo Tange yang super
duper terkenal ini memang aslinya bagus banget (dari luar sih liatnya). Sayangnya, karena waktunya sedikit jadi enggak sempat masuk ke dalam Gereja nya.
Pastinya bangunan ini menganut paham Less is More. Di halaman gereja ini
juga bagus terlihat bersih mungkin kalau ada di Indonesia awkarin dan gaga
sudah foto di sini buat barang endorsannya. Apalagi waktu ke sana, matahari lagi
bagus-bagusnya. Sayangnya, muka kita yang enggak pernah bagus.
| Teteh Jepang abis ibadah |
Diver city! Katanya sih surganya gundam (enggak juga sih). Mungkin daripada membahas Diver City lebih menarik membahas apa yang ada di balik Diver city. Kebetulan waktu itu sekitar jam 4/5 lagi golden hour. Ditambah lagi pemandangan dari atas langsung menuju laut dan tidak terhalang oleh gedung tinggi. Sebuah tata kota yang baik! Sehingga saat sunset kami bisa menikmatii keindahan sunset sambil meminum secangkir kopi dengan alunan lagu band Mocca (anak indie kali ah). Area yang baik untuk bersantai dan menghilangkan penat sih! Sebenarnya agak menyesal karena terlalu menghabiskan waktu untuk berfoto-foto (yang bahkan enggak tau fotonya sekarang buat apa) padahal kalau benar-benar duduk sambil memandangi pemandangannya akan lebih menyenangkan.
| 'Sunset di belakang Diver City' HAHa |
| Kira- kira seperti ini penampakan belakang Diver City |
WAKTUNYA HEDONISME! Hari terakhir di Jepang harus dimanfaatkan baik-baik dengan belanja dan menimakti pengalaman lainnya. Nishi Kasai- Shibuya- Akihabara dengan kereta, membeli tiket 600 yen (lupa sih jujur berapa) bisa sepuasnya kemana saja masa berlaku 24 jam. Salah satu pengalaman menarik apalagi waktu itu sebelum MRT di Jakarta diluncurkan. Jadi waktu launching MRT di Jakarta enggak ada niat buat nyoba karena udah pernah sebelumnya di Jepang (HAHAH ANGKUH!). Kalau dilihat dari media sosial orang- orang sih mirip seperti itu. Ada jalur untuk antre, dan ada pembatas kaca. Bukan hanya pengalaman menaiki kereta di Jepang tetapi sekaligus belajar bagaimana budaya di Jepang dimana orang- orangnya memiliki kesadaran membuang sampah, mengantre yang tinggi.
Akhirnya Shibuya, Tempat hedonisme orang-orang hedon sesungguhnya karena banyak toko dengan merek-merek terkenal ada di Shibuya, tetapi enggak buat sobat misqueen kayak aku. Kesana hanya lihat-lihat dan tentunya keeeee patung Hachiko-yang sebenarnya aku enggak tau persis ceritanya gimana,ya namanya juga anak latahan,patungnya berada di tengah- tengah shibuya.
| Foto ini terlalu narsis untuk blog sendiri, tetapi daripada foto teman yang aku masukan lebih baik ini lah ya |
| Stasiun menuju/ke Akihabara selain stasiun Akihabara |
| Seneng udah mau pulang |


2 comments
nice article..
ReplyDeletewah terimakasih banyak:')
Delete